Penulis: Sisi kiri, Puasa Sarana Melawan Money Politic dan Peredam Panasnya Pilpres |
BERBICARA - tentang puasa,
sepertinya umat muslim di seluruh dunia mengenal baik istilah ini. Puasa yang
berarti menahan lapar dan haus berikut dengan hal-hal yang membatalkannya, yang
dilakukan umat muslim sebagai ibadah di bulan ramadhan setiap harinya sejak
terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Puasa bukan hanya melatih diri dari
menahan lapar dan haus semata, tetapi juga melatih diri untuk menahan nafsu,
amarah, dan melatih diri untuk selalu bersikap positif dan memperkaya hati
dengan renungan akan mereka yang selama ini kelaparan dalam kehidupan
sehari-harinya.
Momentum Bulan Puasa
Momentum puasa pada tahun
ini sepertinya berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Khusus warga negara
Indonesia, yang mayoritas muslim dihadapkan pada pemilihan umum calon presiden
Republik Indonesia yang baru yang akan dilangsungkan pada besok Rabu 9 Juli
2014. Pemilihan presiden untuk pertama kalinya dilangsungkan pada bulan puasa,
ini merupakan tantangan tersendiri bagi dinamika politik di Indonesia. Dapatkah
masyarakat Indonesia bersikap jujur dalam memilih siapa yang layak untuk
memimpin Indonesia untuk lima tahun yang akan datang.
Berkaca pada pemilihan umum calon legislatif pada beberapa
bulan yang lalu. Dimana praktek kampanye hitam, dan utamanya money politic sangat kentara pada waktu
itu. Hingga kelapisan masyarakat kalangan bawah dan menengah disuguhkan dengan
amplop-amplop uang yang didalamnya tercantum nama-nama caleg dari tim sukses
partai, seolah meracuni sistem politik di Indonesia dewasa ini.
Penulis sangat berharap,
dengan momentum bulan puasa ini kegiatan kampanye hitam, money politic, atau segala macam kecurangan atau bahkan adu fisik
jauh-jauh dari kehidupan kita dalam berbangsa dan bernegara terutama saat
pemilihan calon presiden kita yang baru. Entah nomor satu atau nomor dua, yang
penting kita sudah berupaya untuk tidak golput (golongan putih) atau kita sudah
berpartisipasi dalam demokrasi yang akan menentukan nasib bangsa ini untuk lima
tahun yang akan datang. Jangan sia-siakan perjuangan reformasi yang kita bangun
untuk menjadikan pembelajaran untuk kita agar mengisi pembangunan sumber daya
manusia yang melek politik.
Puasa sebagai Peredam Panasnya Pilpres
Lancar dan tenteramnya
proses pemungutan suara bergantung pada masyarakat Indonesia itu sendiri. Masa
dari kedua belah pihak harus sama-sama bertekad bahwa bukan menanglah yang
dicari, tetapi kembali pada tujuan visi dan misi mereka sebagai para calon
pemimpin negeri ini. Tidak lain adalah
menjadikan Indonesia menjadi lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Apalah
artinya jika spanduk, bendera, dan slogan-slogan selama kampanye
dikumandangkan, tetapi pada masa pencoblosan justeru melakukan tindakan
pemaksaan kehendak apalagi jika terjadi kericuhan yang merusak pendewasaan
proses berpolitik.
Penulis merasa yakin, bahwa
segala macam bentuk kampanye hitam yang selama ini saling menyerang antar kedua
capres ini tidak mempengaruhi pilihan dari masyarakat. Masyarakat sudah pandai
mana yang dirasa berita benar dan berita hoax. Hanya saja yang masih tersisa
adalah pengaruh politik uang ini masih saja merusak proses pendawasaan kita.
Dengan adanya puasa, agaknya
penulis merasa optimis jika pemilihan presiden kali ini akan jauh lebih bersih.
Karena Tuhan akan menilai puasa kita, apakah kita masih bisa jujur untuk
menolak suap politik uang atau kita akan terlena dengan lembaran nilai uang
yang akan merusak ibadah puasa kita.
No comments:
Post a Comment
Gunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.