Headline News

Hidup Bersih, Memang Gaya Hidup Saya Orang Cirebon

Foto: Kantung tempat sampah
Kota Cirebon - iLoveCirebon.com, Dilanjutkan dari tulisan opini online saya di www.Rebon.org Sudah sekian lama Indonesia merdeka, dan kemerdekaan kita telah menua. Sejalan dengan hal itu, pembangunan Indonesia setahap demi setahap. Mulai dari pembangunan gedung sekolah sebagai wahana pendidikan bangsa, hingga pembangunan gedung untuk pusat kegiatan perekonomian seperti pasar, kantor, mall, dan hotel.

Namun siapa sangka, bahwa ada hal yang terlewati dari sekian pembangunan yang kita lakukan. Pembangunan budaya untuk mencintai budaya lokal, budaya untuk saling tolong-menolong, dan budaya mencintai kebersihan. Mungkin mencintai budaya lokal seperti memakai batik mega mendung, sudah bisa kita terapkan setiap kali menghadiri acara resepsi pernikahan teman sebaya kita. Budaya tolong-menolong mungkin sudah dipelajari saat masih kita sekolah, seperti kegiatan pramuka.

Namun membangun dan menumbuhkan budaya untuk mencintai kebersihan sangatlah sulit. Mengapa? Karena pada akhir-akhir ini, budaya untuk menjaga kebersihan menjadi sangat berat. Terlebih jika para orang tua atau orang yang dituakan yang menjadi contoh baris di depan, ternyata juga tidak bisa menjaga kebiasaan untuk hidup bersih.

Saya punya cerita tentang teman saya yang saat itu mantan tenaga kerja Indonesia di Jepang. Dia sudah tiga tahun bekerja di Jepang, dan pulang ke tanah air untuk mencoba mencari kerja di Indonesia. Waktu itu dia datang ke kantor Polres Cirebon berniat membuat SKCK (Surat Keterangan Catatan Kepolisian). Kebetulan saat itu musim kemarau, cuaca saat itu cukup panas. Lantas teman saya jajan di kantin untuk membeli 'pop ice' lalu membawanya ke kantor.

Berhubung teman saya merasa enggak enak bawa-bawa 'pop ice' ke dalam kantor. Lantas teman saya menanyakan kepada pak polisi yang saat itu berjaga di kantor, berniat membuang sampah 'pop ice' itu.
"Pak, ada tempat sampah enggak?" tanya teman saya.
"Wah enggak ada mas, buang saja di sana (menunjuk pojokan di luar ruangan)." jawabnya.

Dalam hati teman saya saat itu dia merasa lucu dengan tingkah aparatur pemerintah itu. Karena begitu menyepelekan hal yang kecil seperti ini. Walau bagaimana pun, satu sampah yang dibiarkan dapat memicu sampah-sampah yang lain untuk menumpuk di tempat yang sama, dan berulang akan ditiru oleh orang yang lain. Seperti kasus menumpuknya sampah disepanjang jalan di kota Bandung hingga detik ini masih banyak dan belum tertangani.

Lantas teman saya yang masih muda itu, karena sudah terbiasa dengan kebiasaan hidup di Jepang, dia melipat bungkusan es itu menjadi lebih kecil dan menyimpannya di tas yang dia bawa lalu dibuangnya sampah itu ke tong sampah yang berada di luar kantor Polres Cirebon.

Dari kejadian itu, jangan sampai perilaku buang sampah seenaknya sendiri bakal terjadi di kota dan kabupaten Cirebon yang kita cintai ini. Mari kita membangun kebiasaan untuk hidup bersih sebagai gaya hidup kita, apa salahnya kita meniru budaya baik dari bangsa lain.

Padahal jika kita mau mengamalkan perintah agama bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman, dan bahwa kebersihan adalah bagian dari kesehatan dengan benar. Kemudian diterapkan bersama-sama sebagai langkah awal komitmen untuk belajar menjaga kebersihan mulai dari diri-sendiri. Saya percaya, kita akan memulai perubahan yang lebih baik dari generasi saat ini dan generasi yang akan datang.

Jika kita sepakat sejak hari ini, saya juga percaya mungkin bangsa Indonesia sudah lebih maju dari bangsa Jepang. Karena Indonesia lebih kaya dari Jepang, hanya saja bangsa Jepang lebih sadar lebih awal dari kita. Bahwa kita punya potensi yang besar dari negara itu, untuk maju sebagai bangsa Indonesia. Karena kemajuan diawali dari hidup bersih dan nyaman dalam menjalani aktivitas sehari-hari. 


Mengapa saya menulis ini, karena saya jenuh melihat tingkah laku masyarakat yang seenaknya saja membuang sampah tidak pada tempatnya. Bukan hanya itu, kita seringkali membiarkan sampah di suatu tempat dan tidak segera membersihkannya. 

Saya merasa risih dengan keberadaan sampah di balik kursi-kursi kampus, sudut-sudut kampus. Ketersediaan tempat sampah untuk kategori organik, non organik, dan besi kaca juga menjadi campur aduknya sampah sehingga malas untuk didaur ulang. 

Coba jika ada tempat sampah yang menyediakan seperti itu di kampus dan di sudut jalan!

Mungkin para pemulung dengan senang hati untuk segera membersihkan sampah di sudut-sudut jalan dengan rapih dan bersih. Lagian, akan menjadi sangat mudah untuk mengelola sampah menjadi lebih baik lagi, menjadi lebih rapih dan berkelanjutan. 

Saya juga percaya, bakal banyak yang meniru gaya hidup teman saya yang telah saya ceritakan. Saya pun melakukannya, kala itu sehabis minum air mineral (sebut saja: aqua gelas). Saya tidak membuangnya asal-asalan, namun saya simpan di dalam tas. Lantas saya membuangnya di tempat sampah, di tong yang disediakan di luar.

Semoga saja pemerintah daerah dan pihak akademisi mau berpikir kritis tentang perlunya kebersihan di dalam proses pembangunan budaya yang lebih maju dan baik.

Semoga ^_^

No comments:

Post a Comment

Gunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

I Love Cirebon Designed by Templateism.com Copyright © 2014

Theme images by Bim. Powered by Blogger.